RANGKMAN MENGENAI IODOMETRI
KELOMPOK 2
Aggota : -Alisha
Adriani Pramesty (11.2-13.59.07439)
- Rio Andira (11.2-13.59.07635)
- Ananda Ghifari Leying
(11.3-13.59.07445)
PENYIAPAN NATRIUM TIOSULFAT 0,1
N
Natrium tiosulfat Na₂S₂O₃.5H₂O mudah didapat dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidak kepastian akan
kandungan air yang setepatnya, karena sifat efloresen (melapuk-lekang) dari garam itu
dan karena alasan-alasan lain. Karena itu zat itu tidak sesuai dengan standar
primer. Ia merupakan pereduksi bedasarkan reaksi setengah sel:
2S₂O²₃̄ ↔ S₄O²₆̄ + 2e
Dimana ekuivalen
dari Natrium tiosulfat pentahidrat adalah satu mol, atau 248,18.
Suatu larutan yang kira – kira 25 gr Natrium tiosulfat
yang telah dikristalkan, pro analis, dalam 1 liter air dalam labu semprot.
Larutan-larutan
yang disiapkan dengan air konduktivitas (setimbang) adalah sempurna stabilnya.
Namun, air suling biasa, biasanya mengandung Karbondioksida berlebihan, ini
dapat menyababkan terjadinya penguraian lambat yang disertai pembentukan
belerang:
S₂O²₃̄ + H⁺ ↔ HSO₃̄ + S
Terlebih
lagi, penguraian dapat juga disebabkan oleh kerja bekteri (misal, thiobacillus thiopalus),
terutama bila larutan telah didiamkan beberapa lama. Karena alasan-alasan ini,
dian jurkan sebagai berikut:
1.
Siapkan
larutan dengan air suling yang beru saja didihkan.
2.
Tambahkan
3 tetes klorofrom atau 10 mg Merkurium (ll) iodida per liter,
senyawaan-senyawaan ini memperbaiki daya tahan larutan. Aktivtas bakteri paling
rendah bila pH terletak pada 9 dan 10.Penambahan sejumlah kecil, 0,1 g per
liter,Natrium Karbonat akan menguntungkan untuk menjamin pH yang tepat.
Umumnya, hidroksida-hidroksida alakali, Natrium Karbonat (1 g/L), dan Natrium
tetrabonat, tak boleh ditambahkan, karena mereka cenderung mempercepat
penguraian:
S₂O₃ + 2O₂ + H₂O ↔ 2SO²₄̄ + 2H⁺
STANDARISASI
LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT
Sejumlah zat padat digunakan sebagai
standar primer untuk larutan tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang
paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan
penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi oksidasi yang kuat yang
membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik.
1.
Standarisasi dengan larutan Iod Standar.
Larutan
iod standar dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan tiosulfat.
Cara:
1) Diukur
25 cm3 larutan iod standar, lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 cm3
2) Ditambahkan
kira-kira 150 cm3 air suling
3) Ditirasi
dengan larutan tiosulfat
4) Ditambahkan
2 cm3 larutan kanji ketika cairan berwarna kuning pucat
Bila
larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung iod, reaksi
keseluruhan, yang terjadi dengan cepat dan secara stoikiometris pada
kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH < 5) adalah:
2S2O32-
+ I2 à S4O62- +
2I-
Atau
2S2O3 + I3
à
S4O62- + 3I-
Telah diperlihatkan
bahwa zat perantara S2O3I- yang tak berwarna, terbentuk oleh reaksi reversibel
yang cepat:
S2O32-
+ I2 ↔
S2O3I- + I-
Zat perantara ini juga
bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian utama dari reaksi
keseluruhan:
S2O3I-
+ S2O32- à S4O62-
+I-
Zat perantara ini
bereaksi dengan ion iodida:
2S2O3I-
+ I- à S4O62- +
I3-
Ini menjelaskan
pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada titrasi larutan-larutan iod
yang sangat encer dengan tiosulfat.
2.
Standarisasi dengan Serium (IV) Sulfat.
Metode
untuk standarisasi larutan natrium tiosulfat ini mempergunakan suatu standar
sekunder tetapi memberi hasil-hasil yang memuaskan asalkan kondisi-kondisi
eksperimen yang diberikan dibawah ini diikuti dengan ketat; ini disebabkan oleh
fakta bahwa larutan serium (IV) sulfat mengandung asam bebas, yang dalam hal
lain dapat menimbulkan sesatan yang berarti.
Untuk
serium (IV) sulfat 0,1 N digunakan 25 cm3 dari larutan natrium tiosulfat,
0,3-0,4 gr kalium iodide murni, 2 cm3 larutan kanji 0,2%, diencerkan menjadi
250 cm3 dan dititrasi dengan larutan serium (IV) sulfat sampai ke titik-titik
kanji iod, yakni sampai ke warna biru permanen yang pertama.
Reaksinya
adalah:
2Ce4+ + 2I- à
2Ce3+ + I2
3.
Standarisasi dengan Kalium Dikhromat.
Ciri-Ciri
Kalium Dikromat
-Diperoleh dalam derajat kemurnian
yang tinggi.
-Mempunyai BST tinggi
-Tidak higroskopis.
-Stabil
-Reaksi Iodida dalam keadaan asam
0,2M – 0,4M (5-10 menit)
-GST = Mr/6
Cr2O72-
+ 6I- + 14H+ à Cr3+
+ 3I2 + 7H2O
Pada
suasana asam lebih dari 0.4M, oksidasi oleh udara dari kalium iodide menjadi
nyata. Jika ingin hasil terbaik maka ditambahkan sebagian kecil natrium
bikarbonat atau CO2 padat pada botol titrasi, CO2 yang dihasilkan akan mengusir
udara. Lalu dibiarkan hingga reaksi sempurna.
4.
Standarisasi dengan Kalium Iodat dan Kalium Bromat.
Kedua garam ini akan mengoksidasi
iodida menjadi iodium
Reaksi dalam keadaan asam :
IO3-
+ 5I- +6H+ à 3I2
+ 3H2O
BrO32-
+ 6I- + 6H+ à 3I2
+ Br- + 3H2O
-Molibdat sebagai katalis.
Kerugian mengunakan kedua garam ini
: BSTnya kecil, padahal sebagai BBP.
Garam
kalium asam iodat, KIO3, HIO3 juga dapat sebagai standar namun garam-garam
tersebut juga memiliki BST yang kecil, yaitu Mr/12 atau sama dengan 32,4.
5.
Standarisasi dengan Tembaga.
Tembaga
murni dapat digunakan sebagai BBP untuk natrium tiosulfat dan dianjurkan
apabila tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga.
Potensial standar pasangan
Cu(II)-Cu(I),
Cu2+
+ e ó
Cu+
Adalah
+0.15 V jadi iodium, E0 = +0.53 V merupakan preaksi oksidasi yang lebih baik
daripada ion Cu(II), maka suatu endapan CuI terbentuk,
2Cu2+
+ 4I- à 2CuI(p) + I2
Reaksi
dipaksa berlangsung ke kanan dengan pembentukan endapan dan juga penambahan ion
iodide berlebih.
pH
larutan harus dipertahankan oleh sistem buffer, larutan ini baik di pH 3-4.
Pada pH lebih tinggi hidrolisa sebagian dari ion Cu(II) berlangsung dan reaksi
dengan ion iodida menjadi lambat. Dalam larutan berasam tinggi oksidasi dengan
katalis tembaga dari ion iodida terjadi dengan cepat.
Jika
anion(asetat) digunakan dalam buffer membentuk suatu kompleks yang cukup stabil
dengan ion Cu(II), dapat mencegah reaksi berlangsung secara lengkap antara
Cu(II) dan ion iodida. Jika iodium dihilangkan dengan dititrasi oleh tiosulfat,
kompleks Cu(II) berdisosiasi untuk membentuk ion Cu(II) lebih banyak, inilah
yang menyebabkan suatu TA yang terulang kembali.
Iodium
ditahan karena adsorpsi pada permukaan endapan tembaga (II) iodida yang berwarna lebih baik abu-abu disbanding
putih. Jika iodium dihilangkan maka TA akan cepat di dapat,dan dapat berulang
jika iodium lambat dilepaskan dari permukaan. Foote dan Vance menemukan bahwa
penambahan kalium tiosianat, tepat sebelum tercapai TA dan dapat membantu
memaksa reaksi berlangsung sempurna, dengan adanya anion yang membentuk senyawa
kompleks :
2Cu2+
+ 2I- + 2SCN- à 2CuSCN(p)
+ I2
Kedua, tembaga(I) tiosianat mungkin
terbentuk pada permukaan partikel tembaga(I) iodide yang sudah mengendap:
CuI(p)
+ SCN- à CuSCN(p) + I
PENENTUAN
IODOMETRIK
Penentuan iodometrik dari tembaga
secara luas digunakan biji maupun logam campur yang cara-caranya memberikan
hasil yang baik sekali dan lebih cepat daripada dengan cara elektrolisa. Bijih
tembaga biasanya mengandung besi, arsen, dan antimon pada keadaan oksidasi yang
lebih tinggi (biasanya demikian dari proses pelarutan) akan mengoksidasi iodida
sehingga mengganggu. Gangguan oleh besi dapat dicegah dengan penambahan
ammonium bifluorida NH4HF2, yang mengubah ion besi (III)
menjadi kompleks stabil FeF63-. Dengan mengatur pH
kira-kira 3,5 dengan suatu buffer, tidak terdapat gangguan oleh unsur antimon
dan arsen. Cara klasik dari Winkler adalah cara yang peka untuk penentuan
oksigen yang larut dalam air. Kepada contoh air ditambahkan suatu garam mangan
(II) berlebih, natrium iodida, dan natrium hidroksida. Mn(OH)2 putih
diendapkan yang segera dioksidasikan menjadi Mn(OH)3 berwarna
coklat:
4Mn(OH)2(p) + O2
+ 2H2O à 4Mn(OH)3(p)
Larutannya
diasamkan dan Mn(OH)3 mengoksidasi iodida menjadi iodium
2Mn(OH)3(p) + 2I-
+ 6H+ à 2Mn2+ + I2 + 6H2O
Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat.
Tabel
1.1. Penentuan dengan Titrasi Iodium secara Tak Langsung
Zat yang ditentukan
|
Reaksi
|
Tembaga
|
2Cu2+
+ 4I- à 2CuI(s)
+ I2
|
Besi
|
2Fe3+
+ 2I- à 2Fe2+
+ I2
|
Krom
|
Cr2O72-
+ 6I- + 14H+ à 2Cr3+ + 3I2 +
7H2O
|
Arsen
|
AsO43-
+ 2I- + 2H+ à AsO3- + I2 + H2O
|
Klor
|
Cl2
+ 2I- à 2Cl-
+ I2
|
Brom
|
Br2
+ 2I- à 2Br-
+ I2
|
Hidrogen
Peroksida
|
H2O2
+ 2I- + 2H+ à I2 + 2H2O
|
Klorat
|
ClO3-
+ 6I- + 6H+ à Cl- + 3I2 + 3H2O
|
Bromat
|
BrO3-
+ 6I- + 6H+ à Br- + 3I2 + 3H2O
|
Iodat
|
IO3-
+ 5I- + 6H+ à 3I2 + 3H2O
|
Nitrit
|
2HNO2
+ 2I- + 2H+ à 2NO + I2 + 2H2O
|
No comments:
Post a Comment