Saturday 24 January 2015

Rangkuman Iodometri [PENYIAPAN NATRIUM TIOSULFAT 0,1 N;STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT ;PENENTUAN IODOMETRIK]

RANGKMAN MENGENAI IODOMETRI






KELOMPOK 2
Aggota :      -Alisha Adriani Pramesty (11.2-13.59.07439)
- Rio Andira (11.2-13.59.07635)
- Ananda Ghifari Leying (11.3-13.59.07445)

PENYIAPAN NATRIUM TIOSULFAT 0,1 N

Natrium tiosulfat NaSO.5HO mudah didapat dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidak kepastian akan kandungan air yang setepatnya, karena sifat efloresen (melapuk-lekang) dari garam itu dan karena alasan-alasan lain. Karena itu zat itu tidak sesuai dengan standar primer. Ia merupakan pereduksi bedasarkan reaksi setengah sel:
2S̄ ↔ S̄ + 2e
Dimana ekuivalen dari Natrium tiosulfat pentahidrat adalah satu mol, atau 248,18. Suatu larutan yang kira – kira 25 gr Natrium tiosulfat yang telah dikristalkan, pro analis, dalam 1 liter air dalam labu semprot.
            Larutan-larutan yang disiapkan dengan air konduktivitas (setimbang) adalah sempurna stabilnya. Namun, air suling biasa, biasanya mengandung Karbondioksida berlebihan, ini dapat menyababkan terjadinya penguraian lambat yang disertai pembentukan belerang:
S̄ + H ↔ HSŌ + S
            Terlebih lagi, penguraian dapat juga disebabkan oleh kerja bekteri (misal, thiobacillus thiopalus), terutama bila larutan telah didiamkan beberapa lama. Karena alasan-alasan ini, dian jurkan sebagai berikut:
1.      Siapkan larutan dengan air suling yang beru saja didihkan.
2.      Tambahkan 3 tetes klorofrom atau 10 mg Merkurium (ll) iodida per liter, senyawaan-senyawaan ini memperbaiki daya tahan larutan. Aktivtas bakteri paling rendah bila pH terletak pada 9 dan 10.Penambahan sejumlah kecil, 0,1 g per liter,Natrium Karbonat akan menguntungkan untuk menjamin pH yang tepat. Umumnya, hidroksida-hidroksida alakali, Natrium Karbonat (1 g/L), dan Natrium tetrabonat, tak boleh ditambahkan, karena mereka cenderung mempercepat penguraian:
SO + 2O + HO ↔ 2SO²̄ + 2H



STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT

            Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi oksidasi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik.
1.      Standarisasi dengan larutan Iod Standar.
Larutan iod standar dapat digunakan untuk menstandarisasi larutan tiosulfat.
Cara:
1)      Diukur 25 cm3 larutan iod standar, lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 cm3
2)      Ditambahkan kira-kira 150 cm3 air suling
3)      Ditirasi dengan larutan tiosulfat
4)      Ditambahkan 2 cm3 larutan kanji ketika cairan berwarna kuning pucat
Bila larutan tiosulfat ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung iod, reaksi keseluruhan, yang terjadi dengan cepat dan secara stoikiometris pada kondisi-kondisi eksperimen biasa (pH < 5) adalah:
2S2O32- + I2 à S4O62- + 2I-
Atau    2S2O3 + I3 à S4O62- + 3I-

Telah diperlihatkan bahwa zat perantara S2O3I- yang tak berwarna, terbentuk oleh reaksi reversibel yang cepat:
S2O32- + I2 S2O3I- + I-

Zat perantara ini juga bereaksi dengan ion tiosulfat dengan memberi bagian utama dari reaksi keseluruhan:
S2O3I- + S2O32- à S4O62- +I-

Zat perantara ini bereaksi dengan ion iodida:
2S2O3I- + I- à S4O62- + I3-

Ini menjelaskan pemunculan kembali iod setelah titik akhir pada titrasi larutan-larutan iod yang sangat encer dengan tiosulfat.

2.      Standarisasi dengan Serium (IV) Sulfat.
Metode untuk standarisasi larutan natrium tiosulfat ini mempergunakan suatu standar sekunder tetapi memberi hasil-hasil yang memuaskan asalkan kondisi-kondisi eksperimen yang diberikan dibawah ini diikuti dengan ketat; ini disebabkan oleh fakta bahwa larutan serium (IV) sulfat mengandung asam bebas, yang dalam hal lain dapat menimbulkan sesatan yang berarti.

Untuk serium (IV) sulfat 0,1 N digunakan 25 cm3 dari larutan natrium tiosulfat, 0,3-0,4 gr kalium iodide murni, 2 cm3 larutan kanji 0,2%, diencerkan menjadi 250 cm3 dan dititrasi dengan larutan serium (IV) sulfat sampai ke titik-titik kanji iod, yakni sampai ke warna biru permanen yang pertama.
Reaksinya adalah:

2Ce4+ + 2I- à 2Ce3+ + I2

3.      Standarisasi dengan Kalium Dikhromat.
Ciri-Ciri Kalium Dikromat
-Diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi.
-Mempunyai BST tinggi
-Tidak higroskopis.
-Stabil
-Reaksi Iodida dalam keadaan asam 0,2M – 0,4M (5-10 menit)
-GST = Mr/6

Cr2O72- + 6I- + 14H+ à Cr3+ + 3I2 + 7H2O

Pada suasana asam lebih dari 0.4M, oksidasi oleh udara dari kalium iodide menjadi nyata. Jika ingin hasil terbaik maka ditambahkan sebagian kecil natrium bikarbonat atau CO2 padat pada botol titrasi, CO2 yang dihasilkan akan mengusir udara. Lalu dibiarkan hingga reaksi sempurna.

4.      Standarisasi dengan Kalium Iodat dan Kalium Bromat.
Kedua garam ini akan mengoksidasi iodida menjadi iodium
Reaksi dalam keadaan asam :            

IO3- + 5I- +6H+ à 3I2 + 3H2O
BrO32- + 6I- + 6H+ à 3I2 + Br- + 3H2O

-Molibdat sebagai katalis.

Kerugian mengunakan kedua garam ini : BSTnya kecil, padahal sebagai BBP.

Garam kalium asam iodat, KIO3, HIO3 juga dapat sebagai standar namun garam-garam tersebut juga memiliki BST yang kecil, yaitu Mr/12 atau sama dengan 32,4.

5.      Standarisasi dengan Tembaga.
Tembaga murni dapat digunakan sebagai BBP untuk natrium tiosulfat dan dianjurkan apabila tiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga.
Potensial standar pasangan Cu(II)-Cu(I),
Cu2+ + e ó Cu+

Adalah +0.15 V jadi iodium, E0 = +0.53 V merupakan preaksi oksidasi yang lebih baik daripada ion Cu(II), maka suatu endapan CuI terbentuk,
2Cu2+ + 4I- à 2CuI(p) + I2

Reaksi dipaksa berlangsung ke kanan dengan pembentukan endapan dan juga penambahan ion iodide berlebih.

            pH larutan harus dipertahankan oleh sistem buffer, larutan ini baik di pH 3-4. Pada pH lebih tinggi hidrolisa sebagian dari ion Cu(II) berlangsung dan reaksi dengan ion iodida menjadi lambat. Dalam larutan berasam tinggi oksidasi dengan katalis tembaga dari ion iodida terjadi dengan cepat.

            Jika anion(asetat) digunakan dalam buffer membentuk suatu kompleks yang cukup stabil dengan ion Cu(II), dapat mencegah reaksi berlangsung secara lengkap antara Cu(II) dan ion iodida. Jika iodium dihilangkan dengan dititrasi oleh tiosulfat, kompleks Cu(II) berdisosiasi untuk membentuk ion Cu(II) lebih banyak, inilah yang menyebabkan suatu TA yang terulang kembali.

            Iodium ditahan karena adsorpsi pada permukaan endapan tembaga (II)  iodida yang berwarna lebih baik abu-abu disbanding putih. Jika iodium dihilangkan maka TA akan cepat di dapat,dan dapat berulang jika iodium lambat dilepaskan dari permukaan. Foote dan Vance menemukan bahwa penambahan kalium tiosianat, tepat sebelum tercapai TA dan dapat membantu memaksa reaksi berlangsung sempurna, dengan adanya anion yang membentuk senyawa kompleks :

2Cu2+ + 2I- + 2SCN- à 2CuSCN(p) + I2

Kedua, tembaga(I) tiosianat mungkin terbentuk pada permukaan partikel tembaga(I) iodide yang sudah mengendap:

CuI(p) + SCN- à CuSCN(p) + I



PENENTUAN IODOMETRIK

            Penentuan iodometrik dari tembaga secara luas digunakan biji maupun logam campur yang cara-caranya memberikan hasil yang baik sekali dan lebih cepat daripada dengan cara elektrolisa. Bijih tembaga biasanya mengandung besi, arsen, dan antimon pada keadaan oksidasi yang lebih tinggi (biasanya demikian dari proses pelarutan) akan mengoksidasi iodida sehingga mengganggu. Gangguan oleh besi dapat dicegah dengan penambahan ammonium bifluorida NH4HF2, yang mengubah ion besi (III) menjadi kompleks stabil FeF63-. Dengan mengatur pH kira-kira 3,5 dengan suatu buffer, tidak terdapat gangguan oleh unsur antimon dan arsen. Cara klasik dari Winkler adalah cara yang peka untuk penentuan oksigen yang larut dalam air. Kepada contoh air ditambahkan suatu garam mangan (II) berlebih, natrium iodida, dan natrium hidroksida. Mn(OH)2 putih diendapkan yang segera dioksidasikan menjadi Mn(OH)3 berwarna coklat:
            4Mn(OH)2(p) + O2 + 2H2O à 4Mn(OH)3(p)
Larutannya diasamkan dan Mn(OH)3 mengoksidasi iodida menjadi iodium
            2Mn(OH)3(p) + 2I- + 6H+ à 2Mn2+ + I2 + 6H2O
Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat.

Tabel 1.1. Penentuan dengan Titrasi Iodium secara Tak Langsung

Zat yang ditentukan
Reaksi
Tembaga
2Cu2+ + 4I-  à 2CuI(s) + I2
Besi
2Fe3+ + 2I- à 2Fe2+ + I2
Krom
Cr2O72- + 6I- + 14H+ à 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
Arsen
AsO43- + 2I- + 2H+ à AsO3- + I2 + H2O
Klor
Cl2 + 2I- à 2Cl- + I2
Brom
Br2 + 2I- à 2Br- + I2
Hidrogen Peroksida
H2O2 + 2I- + 2H+ à I2 + 2H2O
Klorat
ClO3- + 6I- + 6H+ à Cl- + 3I2 + 3H2O
Bromat
BrO3- + 6I- + 6H+ à Br- + 3I2 + 3H2O
Iodat
IO3- + 5I- + 6H+ à 3I2 + 3H2O
Nitrit
2HNO2 + 2I- + 2H+ à 2NO + I2 + 2H2O

No comments: